Skip to main content

bersahabat dengan diam dan bisu

Diam dan bisu seolah selalu menjadi teman terbaik bagi aku
dan dirinya. Hanya dirinya. Dia yang kutatap dari meja seberang di kantin, dia yang
kukagumi saat dia menendang bola itu ke gawang dan mencetak gol-gol hebat, dia
yang hanya tersenyum sesekali, tapi bukan kepadaku, walau sebenarnya aku tahu
dia adalah orang yang humoris.

Diam dan bisu selalu hadir, seperti layaknya sahabat, tapi
hanya untuk kami berdua. Saat di keramaian pesta, saat gelak dan tawa
terdengar, saat orang-orang berteriak dan bernyanyi, bahkan kami berdua turut
di dalam kegegapgempitaan itu, diam dan bisu masih bisa merayap masuk diantara
kami berdua.

Diam dan bisu seolah mengawasi kami, tak pernah melepaskan
pandangannya, tak pernah membiarkan kami untuk saling mengucapkan satu kalimat,
bahkan satu kata. Diam dan bisu hanya mengizinkan tatapan-tatapan atau senyuman
basa-basi yang menandakan bahwa kami saling mengenal, atau mungkin saling
menganggumi.

Tapi, lagi-lagi diam dan bisu yang menengahi keberadaan
kami. Bahkan saat jarak kami terpaut tidak sampai satu meter, kami tetap
ditengahi oleh diam dan bisu. Sampai suatu hari, dia menentang mereka berdua.
Dia mulai menunjukkan bahwa mereka tidak bisa selamanya menang, mereka takluk
padanya. Suara, kata dan kalimat mulai hadir menyapu diam dan bisu, bahkan kami
tertawa. Dan seketika kami lupa akan hadirnya diam dan bisu pada kehidupan lalu
kami. Tawa, canda, harapan dan kehangatan menjadi bagian dari kami, seolah
mereka takan pernah pudar dan pergi meninggalkan.

Diam dan bisu tidak mau tinggal diam, mereka telah teralu
lama menikmati keberadaannya ditengah-tengah kami. Diam mulai mengajak bisu
untuk berdiplomasi dengan perbedaan, kenyataan, dan rasa sakit. Mereka semua
tidak senang kami berada di kehidupan baru kami yang tidak lagi memperdulikan
mereka.

Lama mereka menyusun strategi, dan kini… gerilya mereka kembali
menang. Mereka kembali menjadi sahabat kami, merasuk kembali ke jiwa kami, ke
dalam harinya, hariku. Dia diam melihatku, aku bisu saat bertemu dengannya.
Perbedaan ada di depan matanya, kenyataan memaksa aku mengakui keberadaannya.
Dan akhirnya, rasa sakit diam-diam mengalir dalam darah kami, menyanyat nadi
dan urat kami, hingga akhirnya… kami mati tanpa kata apalagi tawa. diam membuat bisu. dan bisu adalah diam.

Comments

Popular posts from this blog

A review : Salon(s) !

Hmm, pengen ahh sekali-sekali bikin tulisan agak belagu gitu hahaha. Gue mau bikin review salon nih, *belaga, padahal datengin salon juga baru berapa biji =))* Oiya, gue ini hobi banget nyalon, untuk beberapa perawatan khususnya. Well, since I was young (sekarang berasa udah agak tua), gw emang doyan banget "centil-centilan" di salon. Awalnya cuma creambath, secara itu satu-satunya perawatan make sense buat ABG labil umur 15 tahun. Firstly, gue gak tau ada salon selain salon mall such as JHONNY ANDREAN, and CHRISTOPHER =)). Gw baru kenal salon-salon perawatan itu kira-kira menginjak usia 17 tahun. Baru deh tuh kenal sama perawatan selain potong rambut dan creambatch, macam f acial, luluran, massage, manicure pedicure * yang mana gue nyoba karena satu paketan murah di salah satu salon di Bogor *. Nah, since gue baru aja balik dari salon.. Gue jadi kepikirian pengen ngelist aja beberapa salon yang pernah gue datengin dan gue cobain perawatannya. So, gue mau mulai dar

#WeddingBlog_Post-001 - rekomendasi venue di bogor

So, ceritanya gue mau memulai wedding preparation blog yang bercerita tentang proses persiapan pernikahan gue yang ketje badayyy itu (iyeee, udah 3 bulan telat maapin sibuk kroco satu ini :D) Kenapa gue bikin postingan ini karena sesungguhnya selama kemarin persiapan wedding, gue banyak sekali mengandalkan wedding blog untuk baca review-review venue dll. So, hopefully i can return the favor by helping others in need. However, gue harus menuturkan terlebih dahulu bahwa konsep yang gue bawa agak "nyeleneh" kalau dilihat dari kebiasaan atau standard wedding yang ada. Menuai beberapa kritik, tapi sampai hari ini sayah dan Pak Suami merasa keputusan yang kami ambil tepat. setepat-tepatnya. EH BETEWE, udah tau kan gue nikahin siapa? hahahahhaha. setelah blog ini diisi sama cerita galau gue sama beberapa pria yang pernah mengisi hidupku, akhirnya ku nikah sama si BEYI! alhamdulillah. So, yaudah gak usah curhat panjang-panjang karena ini ceritanya tentang wedding blog kan ya

UPDATE : Review Salon #2

OKE! Setelah gue menuliskan review salon jilid 1 yang bisa dijumpai disini , gue mau meng-update reviewnya lagi tentang beberapa salon. 1. GRIA INAN Kayanya gue juga pernah menjanjikan ya mau nulis review salon ini kalo udah nyoba. Akhirnya, setelah cukup lama sering lewat dan ngintipin salon yang keliatan mewah ini, gue pun mencoba perawatannya di bulan Juni kemarin. Seinget gue dulu mereka pasang spanduk yang bertuliskan beberapa paket perawatan seharga Rp 70.000, isi paketnya juga lumayan beragam mulai dari lulur, massage, facial, creambath, dan mani pedi. Tapi, gue agak telat kali ya.. karena pas gue dateng kesana sama  calon adek ipar  gue, spanduk itu udah dilepas. Bayangan gue untuk menikmati satu hari penuh dengan harga murah hilang sudah.... Namun, niat memanjakan diri di salon sudah begitu kuat, maka gue dan dia pun melangkahkan kaki masuk ke bangunan yang terlihat seperti rumah-rumah di kawasan elite Jakarta. Tempatnya bersih, bagus, atmospherenya juga pas masuk itu