Skip to main content

tentang kebebasan, pengertian, dan kesabaran

Dia adalah seorang sahabat dari saya. Seorang putri bagi beberapa pangeran dan seorang bagi semua orang. Cantik. Pintar. Berbakat. Ramah. Menyenangkan. Dan yang terpenting, dia bukanlah klise. Dia nyata. Hadir dan ada. Dia menebarkan kehangatan saat dingin menghantui saya. Dia membawakan cahaya, saat gelap mengecam saya dalam kelam. Dia memberikan sebuah senyuman yang meneduhkan disaat saya kehausan. Dia lakukan bukan hanya kepada saya, tetapi juga sekelilingnya. Saya kagum padanya, semua yang mengenalnya akan kagum padanya, akan melihat betapa hebat dirinya. Betapa ia sepertinya selalu tahu mengambil langkah mana demi kenyamanan dia dan semua orang, betapa ia selalu tahu apa yang pantas diucapkan saat diharuskan bertemu dan mengungkapkan pendapatnya, betapa ia tidak takut salah dan berani mengambil bungkusan risiko yang bisa saja membuat dirinya terjerembab. Dia mampu memaafkan dan memberikan pelajaran dari setiap kesalahan. Dia selalu menyenangkan.

Tapi tidak hari itu, bulan itu dan beberapa hari kebelakang.
Matanya menyilaukan kepiluan, tapi sedikit orang yang mampu membacanya. Rautnya menampakan kekecewaan, namun tak semua kaum peduli akan hal itu. Saya tahu, saya diberi tahu olehnya, karenanya saya peduli. Bukan... bukan berarti saya tidak peduli jika tidak diberi tahu, tapi dia memang mampu menyembunyikan semua resah itu di dalam hati.

Kebebasan adalah yang dia dambakan. Penghargaan yang dia butuhkan. Pengertian yang ia tanyakan. Bukan semata-mata kekhawatiran tidak beralasan yang membuatnya jadi terkekang dan tidak mampu bergerak. Bukan kata tanya yang jawabannya hanya iya dan menjadikan dirinya terpojokkan.

Ia lelah dengan segala manut dan patuh yang tidak pernah dibalas dengan kepercayaan. Ia kecewa dengan sapa dan segenap perhatian yang hanya dianggap sebagai suatu kewajiban, bukan hal yang patut diacungi jempol. Ia ingin menunjukkan sayang tetapi tidak pernah ia mendapatkan balasan kasih sayang. Ia ingin lari tapi apa daya terikat kakinya dititik tersebut. Titik kelelahan hingga akhirnya hanya menerima, tidak lagi mencoba bangkit. Ikuti saja alur, yang mungkin, dia harapkan, aman.

Tapi, apakah manut dan patuh merupakan jalan keluar dari segala permasalahan yang dia hadapi? Apakah terkekang menjadi satu-satunya hal yang ia tidak mampu ia kalahkan? Apakah pasrah memberikan jawaban dari ronta dan teriakan hatinya yang merindukan datangnya kebebasan? Apakah berdiam adalah alasan dia untuk menyerah pada kepercayaan yang tidak pernah ia kecap?

Segenap bakat itupun hanyut hilang entah kemana, mungkin hanyut di lautan impian, mungkin terbang teralu tinggi bersama angan-angan yang tidak sempat diperjuangkan, mungkin juga, terkubur begitu dalam di tumpukan harapan yang terabaikan.

Ia menangis pada saya. Saya tak mampu berkata-kata. Hanya mencoba mengelus lembut kulitnya, mendekap tubuh rapuhnya. Tapi tak mampu merengkuh kepingan hati yang hancur di dalamnya. Saya tidak mau ikut hancur bersamanya, karena saya harus membantunya bangkit mengejar kereta impian yang telah lebih dulu melaju meninggalkan raganya. Jiwanya haruslah tetap hidup, barulah dapat saya merangkulnya... berlari bersama menyusuri ladang kehampaan hingga akhirnya menemukan sebuah padang rumput hijau yang penuh dengan harapan. Dimana ketekunan, kesabaran yang pada akhirnya membuat bibit menjadi buah. Ada keyakinan didalamnya. Tidak menyerah menjadi komposisinya. Lama memang, maka itu dibutuhkan usaha dan juga dukungan agar tidak ada rasa ingin pergi dan menyerah.

Dia adalah penanam bibit yang akan menjadi buah. Buah segar dan enak rasanya. Berkualitas tinggi dan akan mahal harganya. Saya akan menjadi air, tanah dan pupuk yang mendukungnya agar berkembang sehat. Memberinya pengertian akan arti tekun, kesabaran dan keyakinan bahwa bibit yang ia tanam akan ia tuai.

Saya tahu dia bisa, dia tahu dia bisa dan saya yakin, semua orang tahu dia pasti bisa.

Comments

  1. mmm.. memang beda banget, nda.. beda antara gue baca bersama lo dan gue baca sendiri di rumah.
    ga pake ketawa2.

    tapi ada 1 yang sama: pesannya dapet bgt..

    semoga "dia" bisa bertumbuhkembang ya. Inget kan yang pas kita baca2 buku ttg zodiak gt2? bahwa "dia" itu mmg besar di sebuah tempat yang bener2 mendukung dia. dan kalo memang lo yang bisa jadi tempatnya, kenapa ga??
    =D

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

A review : Salon(s) !

Hmm, pengen ahh sekali-sekali bikin tulisan agak belagu gitu hahaha. Gue mau bikin review salon nih, *belaga, padahal datengin salon juga baru berapa biji =))* Oiya, gue ini hobi banget nyalon, untuk beberapa perawatan khususnya. Well, since I was young (sekarang berasa udah agak tua), gw emang doyan banget "centil-centilan" di salon. Awalnya cuma creambath, secara itu satu-satunya perawatan make sense buat ABG labil umur 15 tahun. Firstly, gue gak tau ada salon selain salon mall such as JHONNY ANDREAN, and CHRISTOPHER =)). Gw baru kenal salon-salon perawatan itu kira-kira menginjak usia 17 tahun. Baru deh tuh kenal sama perawatan selain potong rambut dan creambatch, macam f acial, luluran, massage, manicure pedicure * yang mana gue nyoba karena satu paketan murah di salah satu salon di Bogor *. Nah, since gue baru aja balik dari salon.. Gue jadi kepikirian pengen ngelist aja beberapa salon yang pernah gue datengin dan gue cobain perawatannya. So, gue mau mulai dar

#WeddingBlog_Post-001 - rekomendasi venue di bogor

So, ceritanya gue mau memulai wedding preparation blog yang bercerita tentang proses persiapan pernikahan gue yang ketje badayyy itu (iyeee, udah 3 bulan telat maapin sibuk kroco satu ini :D) Kenapa gue bikin postingan ini karena sesungguhnya selama kemarin persiapan wedding, gue banyak sekali mengandalkan wedding blog untuk baca review-review venue dll. So, hopefully i can return the favor by helping others in need. However, gue harus menuturkan terlebih dahulu bahwa konsep yang gue bawa agak "nyeleneh" kalau dilihat dari kebiasaan atau standard wedding yang ada. Menuai beberapa kritik, tapi sampai hari ini sayah dan Pak Suami merasa keputusan yang kami ambil tepat. setepat-tepatnya. EH BETEWE, udah tau kan gue nikahin siapa? hahahahhaha. setelah blog ini diisi sama cerita galau gue sama beberapa pria yang pernah mengisi hidupku, akhirnya ku nikah sama si BEYI! alhamdulillah. So, yaudah gak usah curhat panjang-panjang karena ini ceritanya tentang wedding blog kan ya

UPDATE : Review Salon #2

OKE! Setelah gue menuliskan review salon jilid 1 yang bisa dijumpai disini , gue mau meng-update reviewnya lagi tentang beberapa salon. 1. GRIA INAN Kayanya gue juga pernah menjanjikan ya mau nulis review salon ini kalo udah nyoba. Akhirnya, setelah cukup lama sering lewat dan ngintipin salon yang keliatan mewah ini, gue pun mencoba perawatannya di bulan Juni kemarin. Seinget gue dulu mereka pasang spanduk yang bertuliskan beberapa paket perawatan seharga Rp 70.000, isi paketnya juga lumayan beragam mulai dari lulur, massage, facial, creambath, dan mani pedi. Tapi, gue agak telat kali ya.. karena pas gue dateng kesana sama  calon adek ipar  gue, spanduk itu udah dilepas. Bayangan gue untuk menikmati satu hari penuh dengan harga murah hilang sudah.... Namun, niat memanjakan diri di salon sudah begitu kuat, maka gue dan dia pun melangkahkan kaki masuk ke bangunan yang terlihat seperti rumah-rumah di kawasan elite Jakarta. Tempatnya bersih, bagus, atmospherenya juga pas masuk itu