Membiarkan seseorang pergi dari kehidupan kita adalah hal yang sangat sulit, tapi ternyata, mendatangkan orang lain untuk menggantikannya tidak kalah susahnya… bukan hanya diperlukan berbagai pertimbangan matang agar sakit terdahulu tidak terulang, tetapi banyak hal lain yang harus dilakukan… pembiasaan kembali, pengenalan hati yang baru, nama baru, tingkah laku yang baru, dan keluarga yang baru. Cuma ada dua kemungkinan setelah itu… cocok atau malah semakin berantakan. Proses mengenal ini yang membuatku lelah, membuatku jengah. Berkali-kali aku melakukannya, namun selalu saja ada yang mengganjal dan lagi-lagi gagal.
Lalu ku pikir aku memang hanya harus menunggu agar lukaku sembuh terlebih dahulu, barulah aku akan kembali ke dalam permainanku yang berbahaya tadi. Meloncat ke kanan ke kiri, lalu terjatuh kembali, terluka dan kesekian kalinya menunggu kesembuhan datang. Kali ini, lukaku sepertinya menimbulkan bekas yang buruk sekali… aku bahkan tidak ingin mengingat kejadiannya bagaimana luka ini bisa hadir di hatiku.. luka yang kudapat setelah aku bersenang-senang, teralu senang bahkan hingga saat aku jatuh, rasanya amat menyiksa. Aku tidak ingin mengingatnya lagi… tidak sama sekali ingin aku menyentuh serpihan debu-debu kenangan pahitku di masa itu, namun tak kuasa ku kendalikan memori di dalam otakku. Aku tetap terkenang tentangnya.
Suatu hari ku bertemu dengan permainan yang lebih aman, lebih menjanjikan kemenangan untukku apabila ku terlibat di dalamnya. Permainan yang membuatku tertawa dan merasa nyaman bergelut dengan setiap teka-tekinya. Aku jatuh cinta dengan permainan ini dan rasanya tak ingin aku berhenti bermain hingga waktu yang memaksaku pergi. Tapi bagaimana dia? Apakah dia siap menerima bekas lukaku? Bekas luka yang ternyata dia juga punya.
Lukaku adalah patah hati… patah hati karena cinta yang teralu dalam… cinta yang ternyata tidak terbalaskan atau bahkan terabaikan. Hingga sebuah keputusan perpisahan menghadirkan keputusasaan yang tidak ada habis-habisnya. Lelah dan jengah mencari obatnya.
Tapi dia sudah hadir disini, jadi permainan baru untukku. Aku harus berfikir, dan aku harus berjuang untuk menjadi pemenang…
Lalu ku pikir aku memang hanya harus menunggu agar lukaku sembuh terlebih dahulu, barulah aku akan kembali ke dalam permainanku yang berbahaya tadi. Meloncat ke kanan ke kiri, lalu terjatuh kembali, terluka dan kesekian kalinya menunggu kesembuhan datang. Kali ini, lukaku sepertinya menimbulkan bekas yang buruk sekali… aku bahkan tidak ingin mengingat kejadiannya bagaimana luka ini bisa hadir di hatiku.. luka yang kudapat setelah aku bersenang-senang, teralu senang bahkan hingga saat aku jatuh, rasanya amat menyiksa. Aku tidak ingin mengingatnya lagi… tidak sama sekali ingin aku menyentuh serpihan debu-debu kenangan pahitku di masa itu, namun tak kuasa ku kendalikan memori di dalam otakku. Aku tetap terkenang tentangnya.
Suatu hari ku bertemu dengan permainan yang lebih aman, lebih menjanjikan kemenangan untukku apabila ku terlibat di dalamnya. Permainan yang membuatku tertawa dan merasa nyaman bergelut dengan setiap teka-tekinya. Aku jatuh cinta dengan permainan ini dan rasanya tak ingin aku berhenti bermain hingga waktu yang memaksaku pergi. Tapi bagaimana dia? Apakah dia siap menerima bekas lukaku? Bekas luka yang ternyata dia juga punya.
Lukaku adalah patah hati… patah hati karena cinta yang teralu dalam… cinta yang ternyata tidak terbalaskan atau bahkan terabaikan. Hingga sebuah keputusan perpisahan menghadirkan keputusasaan yang tidak ada habis-habisnya. Lelah dan jengah mencari obatnya.
Tapi dia sudah hadir disini, jadi permainan baru untukku. Aku harus berfikir, dan aku harus berjuang untuk menjadi pemenang…
Comments
Post a Comment